Melatih Kesabaran

. 10.14.2009
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks

Peradaban modern melatih dan membuat kita selalu berkompetisi untuk menjadi lebih cepat. Apapun yang dilakukan dengan lebih cepat dan jika menghasilkan kesuksesan, akan menjadikan diri kita mendapatkan decak kagum dari orang lain. Yah begitulah tuntutan jaman modern yang serba cepat dan harus terburu-buru, sampai sampai kita tidak bisa melihat apa yang telah kita perbuat sampai detik ini. Bagi kita yang baru memulai karir baru di suatu perusahan, karena tuntutan kompetisi sudah harus memikirkan bagaimana memikirkan posisi atasan dalam 2 atau tiga tahun lagi. Bagi teman kita yang baru berumah tangga sudah harus memikirkan bagaimana cepat cepat punya anak atau bagi saudara kita yang baru menjadi pedagang, harus buru-buru mencari usaha baru yang lebih menguntungkan.

Tidak ada yang salah memang dengan kompetisi yang sangat cepat ini, hanya saja kalau kita larut didalamnya, kita akan mendapatkan diri kita berjalan sangat jauh, dan tidak bisa lagi mengingat makna dari tahapan yang kita lalui. Proses yang kita lalui akan menjadi gersang, dan kehilangan makna serta akan hilang dengan berjalannya fungsi waktu. Inilah apa yang disebutkan oleh orang tua perjalanan yang terburu-buru. Melihat makna dari langkah demi langkah yang kita jalani memerlukan sikap yang lebih sabar.

Tidak mudah menjadi sabar kalau kita tidak tahu apa yang harus kita sadari.Dalam Agama Islam, sikap sabar dijabarkan begitu jelasnya di dalam al'quran. Sikap sabar hendaknya menjadi landasan spiritual didalam memandang masalah yang dihadapi. Orang yang sabar lebih banyak mendapatkan berkah dari yang tidak sabar. Tutur katanya akan dijaga dengan intonasi yang enak didengar. Ucapannya akan mengalir dalam hati yang tidak mungkin akan menyakiti orang lain. Inilah yang akan membuat mereka yang sabar menjadi orang yang mulia di mata Tuhan Yang Maha Esa dan diterima oleh orang lain karena ketulusannya.

Agama Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi orang yang sabar dan bersyukur, tidak dengan ucapan ucapan dan tindakan tindakan yang mubazir, tetapi melalui memahami ayat ayat al'quran, berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan sholat wajib dan sholat sunah, melupakan pikiran pikiran yang jahat dalam diri kita.

Kalau kita telusuri lebih jauh, banyak faktor yang mempengaruhi kita menjadi orang yang tidak sabar. Pengalaman kita masa lalu, Pengetahuan kita tentang al'quran, minimnya pratek spiritual dan Keterikatan kita yang sangat besar adalah beberapa hal diantaranya.

Pengalaman kita di masa lalu sangat menentukan pola kebribadian yang kita miliki. Akan tetapi kita harus bisa berusaha untuk lepas dari pengalaman yang membuat kita bersikap tak sabar, lebi baik ambil yang positif untuk mempertebal kesabaran kita. Yang lebih diutamakan adalah bagaimana melatih pola kepribadian kita menjadi lebih sabar. Disinilah melatih lidah dan pikiran dengan Iman dan Taqwa sangat dianjurkan. Semakin sering kita menyebut nama Tuhan, semakin lembutlah hati, pikiran dan ucapan kita serta kemarahan dalam diripun akan menipis.

Pengetahauan kita tentang Al'quran yang sangat minim adalah masalah kenapa kita menjadi orang yang tidak sabar. Mungkin sebagian besar dari kita menganggap ini adalah pernyatan klise, akan tetapi pengalaman empiris di keseharian menunjukkan tingkat kepribadian kita. Tingkatan Iman kita dan Taqwa kita yang membedakan tingkatan kesabaran kita. Kalau kita tidak pernah menyadari di tingkat mana kecerdasan spiritual kita, maka selamanya kita akan menjadi orang yang kerdil. Kerdil dalam arti kebijaksanaan kita dalam menyelesaikan masalah sangat rendah. Tidak sedikit persoalan yang dihadapi harus diselesaikan dengan Hati Nurani, bukan dengan Logika yang mengedepankan benar dan salah. Kalau sudah menyangkut Hati Nurani, hanya orang yang sabar dan memiliki kecerdasan pikiran yang baiklah yang menjadi sukses. Kalau sudah begini, kapan kita akan mempelajari dan mempraktekkan pikiran tentang Iman dan Taqwa ?

Latihan latihan spiritual adalah faktor yang lain. Memiliki kepribadian yang sangat tinggi jika tidak dilatih dengan latihan latihan spiritual yang berkesinambungan bukannya menjadikan kita orang yang sabar dan rendah hati, akan tetapi membawa kita kedalam penonjolan kesombongan diri, dengan ciri sikap logika dan hati yang sangat kental. Kalau otak sudah sangat menonjol dalam sang diri, maka semua tindakan akan dilakukan atas dasar pembenaran diri. Tidak sedikit kita menjumpai anak anak muda kita memiliki logika yang baik tetapi larut dalam minuman keras dan sikap murka lainnya. Oleh karena itu, melakukan praktek praktek spiritual dengan teratur, sangat dianjurkan karena akan melatih pola pikir, perkataan dan sikap yang rendah hati.

Faktor yang terakhir adalah keterikatan kita yang sangat besar akan segala hal. Seorang atasan dengan keterikatan jabatan dipundaknya cenderung menjadi orang yang lebih mudah marah dan tidak sabar. Demikian pula keterikatan seorang majikan atas pembatunya. Keterikatan yang terlalu besar kadang kadang membuat kita celaka karena semua dilakukan atas pembenaran diri. Oleh karena itu, Islammengajak kita untuk melepaskan segala bentuk keterikatan agar kita menjadi orang yang rendah hati dan sabar. Menjadi orang yang bisa merasakan kesenangan dan kesedihan dalam kejernihan dunia.

Dengan menyadari faktor faktor ini, Islam mengajarkan tidak mudah melatih diri menjadi orang yang sabar. Diperlukan kejujuran, sikap mental dan semangat untuk berubah. Namun, ada satu hal yang sering disampaikan oleh para kyai agar kita menjadi lebih Sabar. Mulalah dari pengendalian Lidah. Berilah lidah makanan yang banyak mengandung unsur Satvika. Latihlah bagian tubuh kita yang paling penting ini dengan mengucapkan ayat ayat suci al'quran. Dengan memulai dua hal ini secara terus menerus dan konsisten, niscaya kesombongan dalam diri kita menipis, dan kita menjadi orang yang rendah hati, lemah lembut, sabar serta mulia dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.

0 comments:

cOmEnt frOm thE mAssEs